Tempat ibadah merupakan bagian penting dan tidak bisa
dipisahkan dari pembangunan secara keseluruhan. Pembangunan tempat
ibadah memiliki posisi dan peran strategis sebaga landasan moral,
spiritual serta etika dalam berkehidupan.
Tempat peribadatan memiliki peranan penting sebagai tempat
berlangsungnya penyampaian ajaran sebuah agama pun kepercayaan,
dimana agama pun keyaqinan itu bisa mendorong manusia untuk melakukan
dan tidak melakukan sesuatu. Agama pun keyaqinan sedikit banyak
memiliki pengaruh dalam mendidik manusia agar berbuat baik dan
mencegah perbuatan buruk. Dan masih melalui pengamalan agama serta
keyaqinan jugalah seseorang mampu memahami keberadaan Tuhan dan
mengabdi kepada-Nya, bahkan lebih dari itu adalah timbulnya empati
terhadap sesama.
Meskipun sudah dibangun sarana pendidikan formal (misalnya sekolah),
namun sarana peribadatan suatu agama tetap tak bisa diabaikan.
Lantaran selain sebagai pendukung pendidikan, toh agama -sebagai
sistem nilai- juga tetap memiliki fungsi penyelamatan, bimbingan,
pemersatu, pengubah dan pemecahan masalah yang diarahkan pada upaya
pembentukan tatanan kehidupan yang makin maju.
Pedukuhan Janti adalah wilayah yang memiliki warga berkeyakinan tak
sama, dimana meskipun berbeda kenyataan yang bisa dilihat dari
kesemuanya itu toh kerukunan tetap mampu terjaga. Tak mudah
terprovokasi lantaran banyak warga sudah mampu berpikir dewasa dalam
menjalankan ajaran dan lalu mengimplementasikannya pada lingkungan
sekitar.
Karena keberadaan penganut agama pun keyaqinan yang berragam
diwilayah Janti itulah maka tempat ibadah di pedukuhan Jantipun tak
hanya terdapat satu saja. Selain Masjid sebagai tempat sembahyangnya
orang-orang muslim, masih tersedia Gereja, bahkan Kapel sebagai
tempat beribadahnya saudara-saudara yang beragama Nasrani.
Masjid Al Falaq
Masjid Al Falaq adalah tempat
ibadah saudara-saudara umat Islam yang terdapat di wilayah Janti.
Tanah tempat dibangunnya Masjid tersebut awalnya dulu adalah
hasil pemberian (wakaf) dari Bapak alm. Noto Dimejo (ayah dari Bp Jamal). Dimana
dulu pada medio 1970 dan 1980an masih berupa Langgar, dengan nama
Langgar Al Falaq.
Langgar Al Falaq dibangun warga masyarakat bersama dengan pihak LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) dan dibantu juga oleh para
Mahasiswa yang saat itu sedang mengadakan kegiatan KKN a.k.a Kuliah
Kerja Nyata.
Era 90an, yaitu sekitar tahun 1992 wujud Langgar Al Falaq dipugar
untuk kemudian dibangun menjadi Masjid. Karena proses pembangunan
Masjid memakan waktu yang tak sebentar lantaran sempat tersendat,
maka disediakanlah rumah Bapak alm. Pawiro Redjo (Ayah dari Bp Ngadimin Siswo Sugito) guna
mengalokasikan umat muslim di Janti beribadah bersama.
Setelah melalui proses panjang,
akhirnya pembangunan Masjid Al Falaq bisa terlaksana atas swadaya
masyarakat Janti. Hingga pada sekitar tahun 1995 dipasanglah mustaka
a.k.a kubah Masjid, dimana sebelum pemasangan juga diadakan pawai
pengambilan mustoko yaitu dari daerah Palbapang Bantul.
Menuju era 2000, telah terjadi banyak perkembangan Masjid, dimana
secara fisik jelas bisa diperhatikan pada adanya penambahan pagar dan
juga halaman beserta pernik-pernik lainnya.
Gereja Kristen Jawa
(Maaf masih menunggu update)
Kapel Janti
(Masih menunggu update juga)