Ruwahan, Doa bersama, dan Nyekar. Adalah rangkaian yang baru saja dilaksanakan oleh sebagian warga pedukuhan Janti, Jatisarono Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta.
![]() |
Nyadran n Doa bersama |
Tradisi ruwahan sejatinya telah ada sejak dahulu kala, yaitu sebelum masa Islam datang. Tepatnya adalah pada masa Majapahit dengan istilah sradha, yaitu istilah yang digunakan oleh umat Hindu untuk sebuah upacara pemuliaan roh leluhur yang telah meninggal.
Sesuai catatan sejarah, diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di Majapahit, beliau sempat menyelenggarakan upaca sradha guna memuliakan arwah Ibunda tercintanya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.
Sesuai catatan sejarah, diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di Majapahit, beliau sempat menyelenggarakan upaca sradha guna memuliakan arwah Ibunda tercintanya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.
![]() |
Nyadran n Doa bersama |
Dari kisah-kisah itulah maka terkenal dengan tradisi nyadran ataupun sadranan. Pada hakekatnya tradisi ruwahan pun nyadran tak jauh berbeda. Yaitu mengirim doa kepada para leluhur yang telah mendahului kita.
![]() |
Pohon Preh masa lalu |
Di sanalah terletak hubungan kesejatian berujud "manusia", yaitu hubungan antarpersonal dengan Tuhan, serta hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya, hablum minallah - hablum minannas.
Warga pedukuhan Janti, baik Janti Lor maupun janti Kidul kali ini menyelenggarakan acara Ruwahan bertempat di Pesarean Lor, tepatnya disebelah area pohon preh yang telah tumbang beberapa waktu lalu. [uth]
*) Photo Ruwahan, Doa bersama, dan Nyekar oleh Jhon Arie