Pernahkah Anda melihat orang-orang bule menenteng tas..? Memperhatikankah ketika ibu-ibu dan kaum remaja putri berangkat ke acara
resmi yang juga menenteng tas..?
![]() |
Menoreh Craft |
Nah, apabila Anda mencermatinya, semoga Anda juga mengetahui bahwa tas-tas yang dipakai hasil dari transaksi jual-beli di mall-mall terkenal itu berasal dari bahan baku
akaralam.
Ya, kebenaranya akar alam dulunya adalah sampah yang tak terlalu menjadi bahan perhatian masyarakat. Namun kenyataannya barang yang nilainya tak jauh dari sampah itu kini terbukti memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dimana bahan akar alam itu juga telah mampu menjadi bahan dasar product export
andalan di negeri ini.
Kalau beberapa waktu lalu ada pengrajin bernama Dwi Santoso yang menggawangi KINDO Handicraft, maka kali ini masih ada pengusaha sukses lain di pedukuhan Janti, Jatisarono Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. Dialah Tusiran, pemilik Menoreh Handicraft yang menekuni kerajinan tas berbahan dasar akar alam, baik agel pun enceng gondok.
Agel adalah serat kuat yang dihasilkan dari tangkai daun pohon gebang. Sementara enceng gondok adalah tanaman di persawahan yang awalnya tak begitu berguna dan acapkali dicabut lalu dibuang lantaran keberadaannya cukup mengganggu tanaman padi.
Bagi Bapak Tusiran, kedua bahan pokok itu mampu dijadikan bahan dasar sejumlah produk kerajinan, dimana sekarang ini telah mampu
menghidupi keluarganya, dan bahkan telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi
lingkungan sekitar.
Menoreh Handicraft |
Sebagaimana diketahui, pada masa penjajahan Jepang helai-helai pita dari olahan janur pohon gebang atau pohon yang bernama latin Corypha utan lamk
itu ramai diperjual-belikan. Selain sebagai bahan pembuat karung
beras (bagor) dan juga tas, sejatinya daun gebang setelah di olah juga bisa dijadikan pengganti bahan
baku pakaian, dimana pada saat penjajahan Jepang tersebut keberadaan benang teramat sulit didapatkan.
Sehubungan dengan nilai lebih dibalik wujud agel pun eceng gondok -yang telah menjadi sampah-, akhirnya ada niatan dari Bapak Tusiran guna menjadikanya sebagai bahan dasar pembuatan aneka macam kerajinan. Tas, keranjang, sandal, serta topi mampu dibuat dari bahan akar alam ini.
Rumah kediaman Bapak Tusiran yang keberadaannya persis berseberangan dengan Gereja Kristen Jawa, Janti, Nanggulan, Kulon Progo adalah sekaligus workshop serta ruang pajang hasil produksi kerajinan bernama menoreh handycraft. Dimana bermacam produk kerajinan telah berhasil di export dari tempat usaha ini.
.
.